Informasi Seputar Bisnis Indonesia

Sabtu, 24 Oktober 2020

Lagi Viral, Kemenperin: Halal Bukan Karena Masalah Agama, Sekarang Jadi Fesyen

Lagi Viral, Kemenperin: Halal Bukan Karena Masalah Agama, Sekarang Jadi Fesyen

Kementerian Perindustrian (Kemenperin) meyakini pasar industri halal nasional akan terus berkembang seiring penggunaan produk berlabel halal yang sudah menjadi gaya hidup masyarakat.

"Halal bukan karena masalah agama, tapi sekarang menjadi bagian fesyen. Jadi, keinginan orang menerapkan cenderung hidup menggunakan pendekatan produk halal," ujar Direktur Jenderal Ketahanan, Perwilayahan dan Akses Industri Internasional Kemenperin Dody Widodo dilansir dari Antara, Minggu (25/10/2020).

Dalam rangka meraih potensi industri halal di Indonesia, ia mengatakan harus didukung tiga hal, yakni sumber daya manusia, fasilitas, dan insentif dari pemerintah.

"Untuk dukungan SDM, Kementerian Perindustrian memiliki 24 sekolah yang tentunya hal ini akan sangat dapat menjalani dukungan yang masif untuk menciptakan tenaga-tenaga penyelia untuk produk halal ini," ujar dia.

Ia menambahkan pihaknya akan berupaya untuk mengombinasikan beberapa program dalam rangka mengimplementasikan produk halal, misalnya dengan melaksanakan pemagangan, sertifikasi, dan penempatannya.

"Apabila dengan sekolah yang kita miliki itu kita lakukan pemagangan yang bekerja sama dengan industri halal di kawasan industri, itu mempercepat dukungan terhadap implementasi dari industri halal," kata dia.

Ia optimistis dengan sejumlah program yang dimiliki Kemenperin, industri halal nasional akan berkembang dengan cepat.

Terkait fasilitas, Dody mengatakan, untuk memacu daya saing dan produktivitas pelaku industri halal sehingga dapat semakin memperkuat daya saingnya terutama di kancah global, pihaknya memiliki Balai dan Balai Riset dan Standardisasi (Baristand).

"Ini dapat kita manfaatkan juga bekerja sama dengan Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH) dalam mendukung sertifikasi untuk produk halal," ucap dia.

Mengenai insentif, Dody mengatakan pemerintah memberikan insentif, baik kepada pelaku usaha mikro juga besar untuk mendorong produksi halal.

Sementara itu, Menteri Perdagangan Agus Suparmanto mengatakan, produk halal memiliki peranan penting dalam neraca perdagangan Indonesia. Lantaran, kinerja ekspor Indonesia ke negara-negara Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) cukup tinggi.

Kinerja perdagangan dengan negara-negara OKI tercatat surplus sebesar 2,2 miliar dollar AS sepanjang Januari-Juli 2020. Di mana laju ekspor tercatat sebesar 10,94 miliar dollar AS.

Capaian itu lebih tinggi dari pada laju impor negara-negara OKI terhadap indonesia yang hingga 8,77 miliar dollar AS.

"Industri halal memang memiliki peran yang cukup signifikan atas performa neraca perdagangan Indonesia," ujar Agus.

Ia menjelaskan, produk pertanian memiliki kontribusi tertinggi bagi ekspor Indonesia ke negara-negara OKI yakni sebesar 2,6 miliar dollar AS. Nilai itu sekitar 25 persen dari total ekspor Indonesia ke pasar tersebut.

Selain itu, nilai ekspor di sektor makanan hingga 454,16 juta dollar AS, juga lebih tinggi dari nilai impor negara-negara OKI terhadap Indonesia yang sebesar 173,27 juta dollar AS. Sehingga perdagangan makanan tercatat surplus 280,89 juta dollar AS.

Pada sektor kosmetik, nilai ekspor hingga 30,32 juta dollar AS, sementara impor sebesar 10,23 juta dolar AS. Tingginya nilai ekspor kosmetik Indonesia menyebabkan surplus pada sektor ini sebesar 20,09 juta dollar AS.

Lalu di sektor farmasi (obat-obatan) nilai ekspor ke negara-negara OKI hingga 31,31 juta dollar AS, sedangkan impor hanya sebesar 5,5 juta dollar AS. Maka surplus ekspor untuk sektor obat-obatan hingga 25,81 juta dollar AS.

Agus mengatakan, OKI terdiri dari 57 negara dengan mayoritas penduduknya beragama Islam, dengan total sekitar 1,86 miliar jiwa atau 24,1 persen dari keseluruhan populasi dunia. Tentunya ekspor ke negara-negara tersebut memiliki standar compliance yang tinggi atas jaminan produk halal.

"Secara ukuran pasar, negara-negara OKI memang merupakan pasar yang luar biasa," kata dia.

Kendati demikian, saat ini Indonesia masih menempati peringkat ke-5 sebagai negara produsen produk halal, berdasarkan data Global Islamic Economy (GIE) 2019/2020. Masih kalah dengan Malaysia, Uni Emirat Arab (UEA), Bahrain, dan Arab Saudi.

(Sumber: KOMPAS.com/Yohanna Artha Uly | Editor: Bambang P. Jatmiko)

Aktifkan Notifikasimu

Jadilah yang pertama menerima update berita penting, topik menarik, dan informasi lainnya

Aktifkan

Belum berhasil mengaktifkan notifikasi Kompas.com? Klik di sini

Kenapa Wallpaper Ponsel Gelap Sangat Direkomendasikan?? Bisa Menghemat Baterai!

Contoh Penerapan Algoritma Enkripsi AES di Pemrograman PHP

Share:

Jumat, 23 Oktober 2020

Waduh! Gantungan Baju Pun Impor, Luhut Geram

Waduh! Gantungan Baju Pun Impor, Luhut Geram

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, Indonesia gemar mengimpor barang. Bahkan, gantungan baju pun juga diimpor dari negara lain.

Hal ini dia kemukakan di hadapan para dosen dari berbagai universitas dalam tayangan virtual Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhanas)."Misalnya kita masih mengimpor, Anda dapat bayangkan gantungan baju kita masih impor. Saya bilang sama LKPP (Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah), ngapain itu impor-impor semua. Suruh saja bikin di dalam negeri. Itu kan bukan rocket sains. Kenapa enggak dapat?" ucapnya Jumat (23/10/2020).

Lebih lanjut kata Luhut, Indonesia juga selama ini kerap tergantung dengan sumber daya alam selama puluhan tahun. Maka dari itu, pemerintah berupaya mengurangi eksploitasi alam. "Kekayaan alam kita selalu bergantung selama puluhan tahun, nah kita enggak mau lagi sesuai ini. Kita mau menambah value added, menciptakan lapangan kerja, teknologi, kemudian juga pajak dan value added pada kita semua," katanya.

Tak hanya itu, Luhut juga membeberkan bahwa banyak kementerian/lembaga (K/L) saat menjalani belanja pemerintah justru dimanfaatkan untuk mengimpor barang.

"Jadi kita punya dana Rp 200 triliun buat program pembelanjaan sesuai ini. Banyak oleh kementerian/lembaga (K/L) hanya impor saja, tidak menggunakan produk dalam negeri. It's take of live, jadi kesempatan ini kita lakukan semua," ujarnya.

Luhut menambahkan, pemerintah berupaya beragam cara menekan serta mengurangi aktivitas impor. Seperti menggalakkan belanja produk dalam negeri, mengolah kekayaan alam sesuai batu bara agar dikelola di dalam negeri. "Kita lakukan reformasi untuk membuat Indonesia lebih efisien, menciptakan 2,9 juta lapangan kerja setiap tahun sesuai yang dilakukan Pak Presiden kemarin itu. Jadi semua itu kadang banyak yang tidak melihat dan berpikir ini semua salah. Jadi ini data yang saya sampaikan semua," katanya.

Aktifkan Notifikasimu

Jadilah yang pertama menerima update berita penting, topik menarik, dan informasi lainnya

Aktifkan

Belum berhasil mengaktifkan notifikasi Kompas.com? Klik di sini

Cara Reset Canon IP 2770 Paling Mudah

Mengenal Pengertian dan Istilah Syntax Dalam Pemrograman

Share:

Kamis, 22 Oktober 2020

Tidak Disangka, Demi Mangrove, Luhut Perintahkan Deputinya Lobi Eropa dan Abu Dhabi

Tidak Disangka, Demi Mangrove, Luhut Perintahkan Deputinya Lobi Eropa dan Abu Dhabi

Dari hasil rapat koordinasi pengelolaan ekosistem mangrove yang dilaksanakan pada awal Oktober lalu, telah disepakati usulan program PEN tahun 2021.

Dari KLHK dalam bentuk kegiatan penanaman mangrove seluas 46.758 Ha di 34 provinsi dan KKP seluas 1.522,91 Ha. Pada rapat koordinasi tersebut dijelaskan pula ungkapan pemilihan Kabupaten Brebes sebagai lokasi penanaman. Yaitu dengan mempertimbangkan faktor pasang surut air laut, fasilitas pengelolaan, serta faktor teknis terkait lainnya. “Karena itu saya mohon agar Bapak, Ibu dukung program mangrove ini. Mari kita kompak, mari kita saling mendukung untuk membuat Indonesia lebih menarik lagi ke depan,” harap dia.

Aktifkan Notifikasimu

Jadilah yang pertama menerima update berita penting, topik menarik, dan informasi lainnya

Aktifkan

Belum berhasil mengaktifkan notifikasi Kompas.com? Klik di sini

Blogspot Auto Post Indonesia => https://malasnulis.my.id

Berkenalan Dengan Istilah Information Retrival Pada Pemrograman

Share:

Rabu, 21 Oktober 2020

Lagi Viral, Tumbuh Pesat di Tengah Pandemi, Investor Ritel Pasar Modal Capai 4,16 Juta

Lagi Viral, Tumbuh Pesat di Tengah Pandemi, Investor Ritel Pasar Modal Capai 4,16 Juta

Bank Indonesia (BI) menyatakan, investor ritel di pasar modal mengalami pertumbuhan yang pesat meski di tengah pandemi.

Ini tercermin dari jumlah investor ritel yang hingga 4,16 juta, jauh lebih besar dari angka investor ritel di tahun 2019 yang sebanyak 2,48 juta, tahun 2018 sebanyak 1,62 juta, serta tahun 2017 sebanyak 1,12 juta. "Justru di masa pandemi ini pertumbuhan investor ritel itu cukup besar menjadi 4,16 juta. Ini sangat besar, pertumbuhan yang paling besar yang pernah terjadi," ujar Direktur Eksekutif Departemen Pengembangan Pasar Keuangan BI Donny Hutabarat, dalam acara Bareksa-Kontan-Ovo Fund Awards 2020, Rabu (21/10/2020).

Ia menjelaskan, berdasarkan data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) hingga 31 Agustus 2020, sebanyak 4,16 juta investor ritel tersebut terdiri dari Single Investor Identification (SID) saham 1,31 juta, reksadana 2,44 juta, serta Surat Berharga Negara (SBN) 410.000. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada instrumen reksadana sebesar 37,9 persen dibandingkan periode sama tahun 2019 yang sebanyak 1,77 juta investor ritel. "Paling besar pertumbuhannya memang pada reksadana, masyarakat kita ini sudah lebih banyak mempercayakan investasinya ke profesional, memang ada juga yang kelola sendiri," imbuh dia.

Khusus SBN, kata Donny, keowneran instrumen ini terus meningkat seiring dengan minat investor dalam negeri akan SBN ritel.

Nilai investasi investor ritel pada SBN hingga per 16 Oktober 2020 hingga Rp 136 triliun, meningkat dari posisi awal tahun yang sebesar Rp 81 triliun di 2 Januari 2020.

"Investasi di SBN itu selama pandemi naik, sekarang nilainya ada sekitar Rp 100 triliunan, ini angka menakjubkan," katanya. Dia menilai, perkembangan pesat investor ritel tersebut tak lepas dari digitalisasi yang pesat selama masa pandemi. Masyarakat jadi lebih melek teknologi, sehingga memudahkan literasi mengenai pembelian produk investasi secara digital. "Ini memang karena online, digitalisasi ini betul-betul dorong investor ritel, karena memang memberikan kemudahan, seiring juga banyak dilakukan literasi secara virtual mengenai instrumen investasi dan cara aksesnya," pungkas Donny.

Aktifkan Notifikasimu

Jadilah yang pertama menerima update berita penting, topik menarik, dan informasi lainnya

Aktifkan

Belum berhasil mengaktifkan notifikasi Kompas.com? Klik di sini

Blogspot Auto Post Indonesia => https://malasnulis.my.id

Berkenalan Dengan Istilah Information Retrival Pada Pemrograman

Share:

Advertisement

BTemplates.com

Blog Archive