Beberapa dekade ke depan, alat transportasi di Indonesia akan dibanjiri oleh kendaraan listrik dan otonom.
Sebab, disrupsi teknologi yang terjadi saat ini juga membekali perubahan besar pada sektor transportasi di Indonesia.
Ketua Umum Persatuan Insinyur Indonesia (PII), Heru Dewanto mengatakan, beberapa dekade dari sekarang Indonesia akan menghadapi implementasi besar-besaran kendaraan listrik atau electric vehicle (EV), connected-autonomous vehicles atau kendaraan otonom terkoneksi (CAV), dan Mobility as a Service (MaaS).
“Ada empat fitur utama yang menandai tren transportasi dan mobilitas masa depan, yakni autonomous, connected, electrified, and shared (ACES), belum lagi potensi teknologi blockchain yang dapat melengkapi fitur-fitur ini dalam waktu dekat,” ujar Heru dalam keterangan tertulisnya, Jumat (18/12/2020).
Indonesia saat ini tengah berada dalam fase ke-4 evolusi transportasi perkotaan, di mana platform ride-hailing (layanan online) menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari.
“Layanan kendaraan online adalah sesuatu yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya,” kata Heru.
Inovasi teknologi di berbagai negara di seluruh dunia masih berlangsung dalam bentuk dan kecepatan yang berbeda-beda berdasarkan faktor sosial ekonomi, norma sosial budaya, pembangunan infrastruktur transportasi perkotaan, serta kualitas dan ketersediaan angkutan umum.
Indonesia saat ini tengah membangun proyek Kereta Cepat yang pertama sepanjang 140 kilometer dengan rute Jakarta-Bandung.
Bila dibandingkan dengan China yang telah memiliki jaringan kereta cepat hingga 36.000 kilometer, Indonesia memang masih ketinggalan.
Namun demikian, inovasi teknologi di sektor transportasi terus dilakukan.
Bahkan, penelitian dan pengembangan kendaraan listrik tanpa pengemudi atau kendaraan listrik otonom juga menjadi perhatian pemerintah Indonesia.
Sementara itu, Guru Besar ITB Bambang Riyanto Trilaksono menambahkan, hingga 2025, diperkirakan ada 10 juta kendaraan listrik otonom akan digunakan di jalan.
“Dalam satu dekade, fully autonomous vehicle merupakan keniscayaan,” kata Bambang.
Sejumlah negara di dunia telah menjalani uji coba penggunakan kendaraan listrik otonom, sesuai di Singapore dan Amerika Serikat.
“Ada sejumlah gap kalau Indoneisa ingin menerapkan AV di ibukota baru dan kota-kota besar lainnya yang terkait regulasi, infrastruktur, teknologi dan inovasi, dan penerimaan konsumen,” ungkap dia.
Untuk itu, Bambang melanjutkan, diperlukan guidance, framework agar kendaraan otonom dapat dioperasikan di ibu kota negara baru dan kota-kota besar di Indonesia.
Ia menegaskan, kesiapan teknologi diperlukan standar. Selain itu, pemerintah perlu menjalani studi banding terkait regulasi kendaraan listrik otonom di beberapa negara.
“Terutama menyangkut keselamatan sangat penting diperhatikan,” ujar Bambang.
Aktifkan Notifikasimu
Jadilah yang pertama menerima update berita penting, topik menarik, dan informasi lainnya
Aktifkan
Belum berhasil mengaktifkan notifikasi Kompas.com? Klik di sini
Ini Berbagai Macam Jenis Iklan di Internet yang Perlu Kamu Ketahui