Informasi Seputar Bisnis Indonesia

Kamis, 14 Januari 2021

Waduh! Rincian Harga Emas Batangan 0,5 Gram hingga 1 Kg di Pegadaian

Waduh! Rincian Harga Emas Batangan 0,5 Gram hingga 1 Kg di Pegadaian

Harga emas batangan Antam pecahan 2 gram di PT Pegadaian (Persero) pada hari ini, Jumat (15/1/2021), dibanderol seharga Rp 1.932.000.

Mengutip data perdagangan harga emas 24 karat di Pegadaian, harga emas batangan Antam pecahan 2 gram ini mengalami penurunan dibandingkan kemarin.

Pegadaian tidak merilis harga emas batangan Antam untuk pecahan 0,5 gram, 1 gram, dan 1.000 gram.

Sementara itu, harga emas batangan yang dirilis PT Untung Bersama Sejahtera (UBS) pecahan 1 gram dijual seharga 935.000. Lalu, pecahan 0,5 gram dijual seharga Rp 499.000 dan pecahan 2 gram seharga Rp 1.855.000.

Sebagaimana emas Antam, emas batangan 24 karat UBS juga mengalami penurunan pada hari ini.

Pegadaian juga menyediakan pembelian emas Antam versi Batik dan Retro. Berikut daftar harga emas Antam, Antam Retro, dan UBS.

Berikut harga emas hari ini, 15 Januari 2021 di Pegadaian:

Harga emas Antam

Harga emas 2 gram: Rp 1.932.000

Harga emas 3 gram: Rp 2.870.000

Harga emas 5 gram: Rp 4.794.000

Harga emas 10 gram: Rp 9.440.000

Harga emas 25 gram: Rp 23.467.000

Harga emas 50 gram: Rp 46.850.000

Harga emas 100 gram: Rp 93.619.000

Harga emas UBS

Harga emas 0,5 gram: Rp 499.000

Harga emas 1 gram: Rp 935.000

Harga emas 2 gram: Rp 1.855.000

Harga emas 5 gram: Rp 4.851.000

Harga emas 10 gram: Rp 9.115.000

Harga emas 25 gram: Rp 22.740.000

Harga emas 50 gram: Rp 45.385.000

Harga emas 100 gram: Rp 90.735.000

Harga emas 250 gram: Rp 226.768.000

Harga emas 500 gram: Rp 453.001.000

Harga emas 1.000 gram (1 kg): Rp 905.023.000

Sementara untuk tabungan emas Pegadaian, untuk setiap 0,01 gram, Pegadaian menetapkan harga jual sebesar Rp 8.930 dan harga beli Rp 8.660.

Aktifkan Notifikasimu

Aktifkan

Mengatasi Whatsapp Business Sering Error dan Diblokir Sendiri

Contoh Penerapan Algoritma Enkripsi AES di Pemrograman PHP


(KOM)(MLS)

Share:

Rabu, 13 Januari 2021

Bagaimana Bisa? Saham Anjlok Nyaris Auto Reject Bawah, Ini Analisis Teknikal KAEF dan INAF

Bagaimana Bisa? Saham Anjlok Nyaris Auto Reject Bawah, Ini Analisis Teknikal KAEF dan INAF

Pada penutupan perdagangan sesi I di Bursa Efek Indonesia (BEI) Rabu (13/1/2021), saham Kimia Farma (KAEF) dan Indofarma (INAF) terkoreksi yang cukup dalam hingga nyaris menyentuh batas auto reject bawah (ARB).Melansir RTI, KAEF dan INAF kompak turun 6,81 persen pada level 6.500. Sebelumnya KAEF meroket di awal pekan 20 persen dan di hari selanjutnya menguat 8,14 persen. Sementara INAF di awal pekan melonjak 25 persen di awal pekan, dilanjutkan menguat 11,6 persen di hari selanjutnya.Kedua manajemen perseroan juga kompak mengungkapkan penurunan harga saham yang cukup dalam hari itu murni karena mekanisme pasar dan tidak ada corporate action yang dilakukan perseroan secara khusus.

Menurut Analis Sucor Sekuritas Hendriko Gani mengungkapkan, kedua saham farmasi tersebut mengalami sentimen sell by news, atau aksi mayoritas pelaku pasar menjual saham tertentu berdasarkan spekulasi atau rumor, sehingga membuat harga sahamnya jatuh. “INAF terkena sentimen profit taking hari ini setelah vaksin mulai di distribusikan (sell on news), KAEF juga terkena profit taking (sell on news),” ungkap Hendriko, Rabu (13/1/2021).

Hendriko memproyeksikan INAF hari ini akan bergerak pada level support 5.850-6.280, dan resistan di level 7.400. Sementara KAEF berpeluang bergerak pada level support 6.000 - 6.400 dan resisten di level 7.600

Direktur Anugerah Mega Investama Hans Kwee mengungkapkan hari ini potensi pelemahan saham KAEF dan INAF masih membayangi. Meskipun tidak penurunan tidak sedalam kemarin, akan tetapi sentimen sell by news dan profit taking masih tetap berlanjut.

“KAEF dan INAF ada potensi koreksi karena sebelumnya sudah ada kenaikan cukup banyak dan investor pada melakukan profit taking, mungkin ada penurunan akan tetapi tidak besar,” kata Hans pagi ini.Hans mengungkapkan, sentimen penurunan harga saham INAF dan KAEF juga terpengaruh dari data yang menunjukkan efektifitas salah satu vaksin yang didistribusikan oleh INAF dan KAEF, Sinovac, hanya memiliki efektivitas 50,4 persen. “Jadi dua faktor tadi, dan ditambah efektifitas vaksin Sinovac yang 50,4 persen mendorong investor melakukan profit taking, apalagi sebelumnya saham farmasi sempat naik banyak,” tegas dia.

Aktifkan Notifikasimu

Aktifkan

Waspada Keyloger Ada di Sekitar Anda, Jangan Sembarangan Menginput Password

Berkenalan Dengan Istilah Information Retrival Pada Pemrograman


(KOM)(MLS)

Share:

Selasa, 12 Januari 2021

Wow! Tahun Suram Boeing Masih Berlanjut

Wow! Tahun Suram Boeing Masih Berlanjut

Pabrikan pesawat asal AS, Boeing, masih berada di tahun-tahun suram. Usai tertimpa musibah akibat kecelakaan pesawat di Indonesia dan Ethiopia, kini pesanan pesawat pun banyak yang batal.

Mengutip Channel News Asia, Rabu (13/1/2021), pesanan yang dibatalkan yakni 105 pesawat jet tipe MAX dan 2 pesawat tipe 787. Jumlahnya tidak termasuk keputusan Alaska Airlines untuk membeli 23 jet Max lagi. Dengan begitu, pembeli sudah membatalkan pesanan sekitar 641 jet tipe MAX.

Boeing pun menghapus kontrak simpanan 523 jet lain yang dianggap tidak mungkin dipenuhi ketika standar akuntansi yang lebih ketat diterapkan.

Pada tahun ini, jumlah kotor pesanan pesawat hanya 184 jet, turun sebesar 25 persen dibanding tahun 2019. Pemesanan ini adalah yang terendah sejak tahun 1994.

Padahal pada Desember 2020, Boeing menerima pesanan sebanyak 90 pesawat, termasuk pesanan dari maskapai Ryanair untuk 75 pesawat 737 MAX.

Tipe ini merupakan pesawat berbadan sempit terlaris yang dibeli usai Boeing kembali diperbolehkan beroperasi setelah 20 bulan lamanya terpaksa dikandangkan.

Boeing juga menerima pesanan 7 pesawat jet tipe MAX dari pembeli tak dikenal dan 8 seri 777 freighters dari Deutsche Post AG DHL Express.

Adapun pengiriman pesawat Boeing ke seluruh dunia pada 2020 silam adalah 157 pengiriman, 60 persen lebih sedikit dibanding tahun 2019. Pengirimannya bahkan kurang dari 1/3 jika dibandingkan dengan saingannya, Airbus.

Data perusahaan menunjukkan, pengiriman pada tahun 2020 itu merupakan yang terendah dalam 43 tahun terakhir.

Secara keseluruhan sepanjang 2020, saingan Airbus itu mengirimkan total 157 pesawat, turun dari 380 pesawat pada 2019 dan 806 pesawat pada 2018 yang merupakan rekor bagi Boeing.

Sepanjang Desember 2020, perusahaan pembuat pesawat asal AS itu mengirimkan 39 pesawat, termasuk 27 jet 737 MAX, 1 pesawat patroli maritim P-8, dan 11 pesawat berbadan lebar.

Sebagai perbandingan, Airbus membukukan pengiriman sebanyak 566 jet pada tahun 2020. Besarnya angka pengiriman membuatnya tetap menjadi pabrikan pesawat terbesar di dunia, sebuah gelar yang dipegang Boeing dari tahun 2012 - 2018.

Meski begitu, pengiriman pesawat Airbus pada tahun 2020 turun 34 persen secara tahunan (year on year/yoy).

Usai 20 bulan dikandangi, pengiriman pesawat Boeing tahun ini terhambat akibat pandemi Covid-19. Belum lagi adanya inspeksi intensif atas kekurangan produksi yang baru-baru ini terjadi.

Aktifkan Notifikasimu

Aktifkan

Blogspot Auto Post Indonesia => https://malasnulis.my.id

Blogspot Auto Post Indonesia => https://malasnulis.my.id


(KOM)(MLS)

Share:

Senin, 11 Januari 2021

Update Terbaru, Rekam Jejak Sriwijaya Air, Pemilik hingga Sejarah Berdirinya

Update Terbaru, Rekam Jejak Sriwijaya Air, Pemilik hingga Sejarah Berdirinya

Sriwijaya Air tengah dirundung masalah. Salah satu armada pesawatnya, SJ182 jatuh di perairan Kepulauan Seribu pada Sabtu (9/1/2021) lalu.

Peswat rute Jakarta-Pontianak itu membekali sekitar 50 penumpang yang terdiri dari 43 dewasa, 7 anak-anak, 3 bayi. Ditambah dengan 12 kru.

Hingga saat ini, beberapa serpihan pesawat diduga Sriwijaya Air SJ182 sudah ditemukan. Umur Sriwijaya Air SJ 182 sendiri sudah 26 tahun akan tetapi dianggap masih layak terbang.

Sriwijaya Air merupakan salah satu perusahaan maskapai swasta terbesar di Indonesia dari sisi jumlah armada. Nama Sriwijaya sendiri diambil dari kerajaan maritim yang pernah berjaya di Selat Malaka, Kerajaan Sriwijaya.

Lalu siapa owner Sriwijaya Air dan bagaimana sejarah berdirinya?

Dikutip dari Harian Kompas, Selasa (12/1/2021), Sriwijaya Air dimiliki dan didirikan oleh dua pengusaha nasional, Chandra Lie dan Hendry Lie.

Chandra Lie mengawali bisnis penerbangannya dengan hanya berbekal satu unit Boeing 737-200 pada tahun 2003 silam. Pesawat itu melayani rute Jakarta menuju Pangkal Pinang, kampung halamannya, pulang-pergi.

Kemudian, melayani rute Jakarta-Palembang, Jakarta-Jambi, dan Jakarta-Pontianak. Pada akhir tahun 2004, Sriwijaya Air yang mulai menerima angin, akan datangkan lagi empat unit Boeing 737-200.

Sriwijaya Air, yang berdasarkan akta didirikan empat orang, yakni Chandra Lie, Hendry Lie, Johannes Bunjamin, dan Andy Halim, kemudian mulai diakui orang. Sebagian orang lainnya juga mulai mencari tahu tentang Chandra Lie, yang tidak terlalu dikenal di dunia penerbangan.

Penamaan Sriwijaya sendiri diharapkan pendirinya agar maskapai itu dapat mengekor kebesaran kerajaan maritim terbesar di Asia Tenggara itu.

Sebelum terjun ke bisnis maskapai penerbangan, Chandra Lie sebenarnya adalah pengusaha garmen.

Peruntungan dari Sriwijaya Air boleh jadi merupakan berkah dari deregulasi industri penerbangan. Hal ini tidak lepas dari UU Nomor 15 Tahun 1992 tentang Penerbangan, dan Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1995 tentang Angkutan Udara.

Deregulasi penerbangan itu memungkinkan siapa pun dapat mendirikan maskapai penerbangan dengan hanya dua atau bahkan satu unit pesawat.

Penambahan pesawat dan juga rute dilakukan seiring pendapatan yang terus bertambah. Sebelum Sriwijaya Air mengangkasa, telah ada Lion Air (1999), Indonesia Airasia (1999), dan Citilink Indonesia (2001).

Ketika Sriwijaya Air mengudara pada tahun 2003, juga mengudara armada Wings Abadi Airlines (2003) dan XpressAir (2003).

Kehadiran Sriwijaya Air langsung mendisrupsi perilaku bertransportasi warga Bangka untuk keluar masuk pulau. Hanya dalam enam bulan, kapal cepat Pangkal Pinang-Jakarta berhenti beroperasi. Tidak mampu bersaing.

Betapa tidak, Sriwijaya Air pada akhir tahun 2003 menjual tiket Jakarta-Pangkal Pinang seharga Rp 175.000 untuk penerbangan selama 1 jam 15 menit. Sementara tarif kapal cepat Rp 155.000-Rp 165.000 untuk 10 jam pelayaran. Warga Bangka jelas memilih terbang untuk hingga Jakarta.

Sriwijaya Air kemudian terus berekspansi. Pada April 2005, misalnya, Sriwijaya Air mendarat di Solo. Itu kabar baik karena tadinya masyarakat Solo Raya hanya dilayani Garuda Indonesia dan Lion Air yang membuka rute Solo-Jakarta.

Sriwijaya Air bahkan punya strategi terbang dari Jakarta pada pukul 08.00, lebih pagi daripada Garuda Indonesia dan Lioan Air.

Menjelang akhir 2005, Sriwijaya Air telah mengoperasikan 14 unit pesawat Boeing 737-200. Chandra Lie pun mengumumkan akan akan datangkan 10 unit Boeing 737-300 dan B737-400.

Sriwijaya Air pun akan terbang dengan pesawat yang setipe dengan Garuda Indonesia. Sriwijaya Air mulai menantang Garuda, meski Chandra Lie selalu merendah apabila ada yang mencoba menyandingkannya Sriwijaya Air dengan Garuda.

Rencana untuk akan datangkan Boeing dengan tipe yang lebih baru itu juga sejalan dengan rencana Sriwijaya Air untuk ekspansi hingga regional. Sriwijaya Air berekspansi ke Penang dan Singapura.

Tahun 2010, Sriwijaya Air telah mengoperasikan 27 unit pesawat dengan mengangkut 7,12 juta orang. Sriwijaya Air menguasai 11,8 persen pasar penerbangan domestik Indonesia di bawah Lion Air, Garuda Indonesia, dan Batavia Air. Dua tahun kemudian, Sriwijaya Air menyalip Batavia Air sehingga menempati posisi ketiga.

Pada tahun 2010 itu, kabar-kabar positif terdengar dari Sriwijaya Air. Pada Oktober 2010, Sriwijaya Air menandatangani kontrak pengadaan 20 unit Boeing 737-800 NG, yang juga digunakan Garuda Indonesia.

Selang beberapa minggu, Sriwijaya Air menandatangani kontrak pengadaan 20 unit Embraer dari Brasil. Pesawat Embraer ini setipe dengan Bombardier yang didatangkan Garuda.

”Penambahan 20 unit pesawat baru pada Sriwijaya Air ini juga merupakan jawaban atas tawaran menarik yang dilontarkan Direktorat Angkutan Udara Kementerian Perhubungan untuk ambil bagian dalam penyediaan 4.000 kursi ke Australia pada tahun 2011,” kata Direktur Utama Sriwijaya Air Chandra Lie.

Meski bersaing, Sriwijaya Air kemudian memercayakan pemeliharaan dan perbaikan pesawatnya di Garuda Maintenance Facilities atau GMF AeroAsia.

Sebelumnya, Sriwijaya Air merawat semua pesawat jenis Boeing 737 di Singapore International Airlines Engineering Company (SIAEC) dan Malaysia Airlines (MAS).

Tahun 2011, giliran Sriwijaya Air ekspansi ke Indonesia timur yang ditandai dengan pembukaan penerbangan rute Makassar-Sorong-Manokwari.

Hingga 2016, Sriwijaya Air Group memiliki 46 kota tujuan domestik dan tujuh rute penerbangan regional. Pada November 2018, tiba-tiba Garuda Indonesia Group, melalui anak perusahaannya, yakni PT Citilink Indonesia, mengambil alih pengelolaan operasional Sriwijaya Air dan NAM Air.

Namun belakangan kerja sama antara Garuda dan Sriwijaya Air itu tidak dilanjutkan.

Pesawat dikandangkan 9 bulan

Kementerian Perhubungan menyatakan, pesawat Sriwijaya Air dengan nomor penerbangan SJ182 dinyatakan dalam kondisi laik terbang sebelum jatuh.

Namun berdasarkan keterangan resmi Kementerian Perhubungan, pesawat jenis Boeing 737-500 itu sempat tidak mengudara selama hampir 9 bulan.

Berdasarkan data yang ada, pesawat Sriwijaya Air SJ182 masuk hanggar pada 23 Maret 2020 dan tidak beroperasi hingga dengan bulan Desember 2020.

Pesawat tersebut mulai beroperasi tanpa penumpang pada 19 Desember 2020, setelah Direktorat Jenderal Perhubungan Udara melakukan inspeksi pada tanggal 14 Desember.

Pada tanggal 22 Desember 2020, pesawat SJ182 beroperasi kembali dengan penumpang atau commercial flight.

Kendati demikian, Direktur Jenderal Perhubungan Udara Novie Riyanto mengungkapkan, pihaknya telah melakukan berbagai pengawasan, meliputi pemeriksaan semua pesawat dari semua maskapai yang diparkir atau tidak dioperasikan untuk memastikan pesawat tersebut masuk ke dalam program penyimpanan dan perawatan pesawat.

Kemenhub juga disebut telah menindaklanjuti perintah kelaikudaraan (airworthiness directive) yang diterbitkan oleh regulator penerbangan sipil di Amerika Serikat atau Federal Aviation Administration (FAA) yang diterbitkan pada 24 Juli 2020.

“Perintah Kelaikudaraan tersebut mewajibkan operator yang mengoperasikan pesawat jenis Boeing 737-300/400/500 dan B737-800/900 untuk melakukan pemeriksaan engine sebelum dapat diterbangkan,” kata Novie dalam keterangan tertulis.

Lebih lanjut Novie menjelaskan, pihaknya sudah melakukan pemeriksaan untuk memastikan pelaksanaan Perintah Kelaikudaraan tersebut telah dilakukan pada semua pesawat sebelum dioperasikan kembali.

"Sebelum terbang kembali, telah dilaksanakan pemeriksaan korosi pada kompresor tingkat 5 (valve 5 stages engine due corrosion) pada 2 Desember 2020 , yang dilakukan oleh inspektur kelaikudaraan Ditjen Perhubungan Udara," ucap dia.

Aktifkan Notifikasimu

Aktifkan

Kenapa Wallpaper Ponsel Gelap Sangat Direkomendasikan?? Bisa Menghemat Baterai!

Contoh Penerapan Algoritma Enkripsi AES di Pemrograman PHP


(KOM)(MLS)

Share:

Advertisement

BTemplates.com

Blog Archive