Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyebutkan sejumlah lembaga dunia termasuk IMF, Bank Dunia, dan OECD, memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2021 akan tumbuh positif berkisar 4-5 persen.
“Lembaga-lembaga keuangan dunia IMF, World Bank, OECD memprediksikan pertumbuhan ekonomi RI 2021 akan tumbuh positif antara 4-5 persen,” kata Presiden Jokowi dilansir dari Antara, Jumat (26/2/2021).
Mantan Gubernur DKI Jakarta itu menegaskan, bangsa Indonesia harus dapat mewujudkan prediksi-prediksi tersebut.
Namun untuk itu, Jokowi menegaskan seluruh elemen bangsa ini harus bersatu dan fokus untuk menangani krisis kesehatan hingga kemudian dapat mendongkrak pertumbuhan yang berkualitas.
“Kita harus buktikan bahwa Indonesia dapat, dapat lebih baik dari yang diperkirakan, syaratnya sederhana, energi bangsa harus bersatu, harus fokus untuk menangani krisis kesehatan dan mendongkrak pertumbuhan yang berkualitas,” ucap Jokowi.
Ia juga mengungkapkan bangsa Indonesia telah melakukan masa tersulit dalam satu tahun pandemi Covid-19. Bahkan, ia menyebut bangsa ini telah melampaui masa-masa tersulit.
“Pertumbuhan ekonomi kita dan sekarang ini 2021 adalah masa recovery, masa kebangkitan yang harus kita sambut dengan optimisme antusias dan kerja keras penuh keberanian,” kata Jokowi.
Ia menegaskan kunci pemulihan ekonomi Indonesia adalah kemampuan semua pihak dalam mengatasi pandemi.
“Penanganan 3M, 3T, dan PPKM skala mikro harus kita lanjutkan. Dan pada saat yang sama, sekarang ini kita besar-besaran melakukan vaksinasi,” ujar Jokowi.
Prediksi BI
Sebelumnya Bank Indonesia (BI) merevisi ke bawah pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang tahun 2021 di kisaran 4,3 persen hingga 5,3 persen.
Pada proyeksi sebelumnya, BI memperkirakan ekonomi RI dapat tumbuh di kisaran 4,8 persen hingga 5,8 persen.
"Untuk keseluruhan tahun 2021 BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi indonesia pada kisaran 4-3 hingga 5,3 persen, lebih rendah dari 4,8 hingga 5,8 persen," kata Gubernur BI Perry Warjiyo beberapa waktu lalu.
Perry menuturkan, revisi ke bawah pertumbuhan ekonomi sejalan dengan lebih rendahnya realisasi pertumbuhan ekonomi pada kuartal IV 2020.
Badan Pusat Statistik melaporkan, ekonomi RI terkontraksi - 2,19 persen. Sepanjang 2020, ekonomi terkontraksi - 2,07 persen karena masih melemahnya konsumsi swasta dan investasi bangunan.
Perry memang sempat menyebut, realisasi pertumbuhan ekonomi di kuartal IV 2020 lebih rendah dari perkiraan bank sentral.
"Ini sejalan dengan lebih rendahnya realisasi pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV 2020," ungkap Perry.
Meski lebih rendah, ekonomi kuartal IV 2020 masih lebih baik dibanding kuartal II dan kuartal II tahun lalu.
Perry bahkan memperkirakan, perbaikan ekonomi domestik terus berlanjut, sejalan dengan pemulihan ekonomi global dan akselerasi vaksinasi nasional.
Indikasinya terlihat ada perbaikan kinerja ekspor pada beberapa komoditas primer, sesuai kelapa sawit, batubara, besi baja, alas kaki, motor, dan kimia organik.
"Perbaikan kinerja ekspor tercatat di sejumlah wilayah, khususnya Sulawesi, Maluku, Papua, Jawa, dan Sumatera. Sementara itu untuk mendorong masih lemahnya permintaan domestik, sinergi kebijakan ekonomi nasional terus diperkuat," jelas Perry.
Perkembangan ekonomi domestik itu tak lepas dari ekonomi global. Bank sentral melihat ada pemulihan ekonomi yang lebih tinggi di negara-negara maju, terutama ditopang oleh AS.
Sementara itu, perbaikan ekonomi di negara berkembang didorong oleh perbaikan di China dan India.
Tercatat PMI manufaktur dan jasa di AS, China, India melanjutkan fase ekspansi. Selain itu, penjualan ritel di China dan keyakinan konsumen di India semakin meningkat.
Tak heran pertumbuhan ekonomi global pada tahun 2021 direvisi ke atas.
"Pertumbuhan ekonomi global pada tahun 2021 lebih tinggi, hingga 5,1 persen dari perkiraan sebelumnya sebesar 5 persen," pungkas Perry.
Aktifkan Notifikasimu
Aktifkan
Ini Berbagai Macam Jenis Iklan di Internet yang Perlu Kamu Ketahui
Mengenal Pengertian dan Istilah Syntax Dalam Pemrograman